Friday, 23 January 2009

GUNUNG TAMBORA


Merupakan salah satu gunung berapi tua dengan ketinggian 2722 mdpl. Terletak di pulau Sumbawa NTB dan masuk ke dalam wilayah kabupaten Bima. Letusan yang yang terjadi di masa lalu merupakan letusan terdasyat yang pernah tercatat dalam sejarah.Letusan tersebut telah membentuk kawah gunung berapi terbesar di dunia dengan diameter 6 km, selain itu pecahan puncak gunung terlempar membentuk sebuah pulau kecil yang berbentuk seperti telapak kaki manusia di utara pulau Sumbawa.
Letusannya telah mengakibatkan terjadinya perubahan iklim secara global dan kelaparan. Debu vulkanik yang tersebar ke seluruh penjuru langit di dunia dan bertahan selama berbulan-bulan, menyebabkan kawasa Eropa yang saat itu sedang musim panas menjadi musim salju. Selain itu tanaman yang ada di dunia menalami kematian sehingga menyebabkan kelaparan global. Saat ini gunung Tambora masih tergolong gungung yang aktif, walaupun dia sedang tertidur.


PULAU SATONDA

Bicara mengenai gunung Tambora tentu tidak akan lepas dari kisah pulau Satonda. Sebuah pulau kecil berbentuk seperti telapak kaki yang berada di sebelah barat laut gunung Tambora. Puluhan ribu tahun yang lalu sebuah gunung api di Semenanjung Sanggar pada bagian utara pulau Sumbawa, meletus. Gunung yang muncul dari kedalaman 1.000 meter di bawah permukaan laut ini, akhirnya membentuk pulau kecil dengan sebuah danau seluas 0,8 km2 di dalamnya. Uniknya air danau ini tidak tawar melainkan asin, bahkan lebih asin dari air laut. "Aneh..danau kok airnya asin ??", itu mungkin pernyataan orang yang mendengarnya.

Pada awalnya danau dengan kedalaman mencapai 68 meter ini, merupakan danau air tawar. Namun, letusan maha dahsyat Gunung Tambora tahun 1815 yang menyebabkan perubahan iklim global dunia pada saat itu, mengirim gelombang tsunami hebat ke pulau ini dan membuat air danau menjadi asin. Setelah terisolasi dalam jangka waktu yang lama, karena sama sekali tidak ada saluran-saluran penghubung dengan laut di dekatnya, menyebabkan kehidupan disini berkembang dengan unik. Misalnya jenis ikan penghuni danau yang juga mengandung kadar garam cukup tinggi, hanya berukuran kecil tidak dapat tumbuh menjadi besar. Lain halnya dengan alga merah, kondisi air seperti ini membuatnya berkembang dengan subur di permukaan karang-karang di danau. Para ilmuwan beranggapan bahwa danau di Satonda memiliki kemiripan dengan kondisi laut di zaman purba melalui penelitian terhadap fosil-fosil alga tersebut.

Sekeliling danau merupakan daerah perbukitan yang tertutup hutan dengan dinding-dinding terjal. Pepohonan beringin dengan sistem perakarannya yang khas banyak dijumpai di sini. Kesunyian di sini kadang-kadang terpecahkan oleh suara kicauan burung dan belibis yang bermain di danau sedangkan kawanan kalong dalam jumlah besar sering terlihat beterbangan. Begitu pula dengan kupu-kupu, keanekaragaman jenisnya dapat kita temukan di hutan. Perairan laut di sekitar Pulau Satonda juga masih memiliki terumbu karang yang bagus dan penuh dengan berbagai jenis ikan.

Satonda juga menyajikan pemandangan yang sangat indah, berpadu dengan keheningan alam. Karena itu, tidak mengherankan jika pulau ini cukup sering dikunjungi oleh wisatawan asing. Biasanya mereka menggunakan kapal wisata dan mampir ke Satonda dalam perjalanan dari Bali atau Lombok menuju Pulau Komodo. Selain menikmati keindahan alam, biasanya para wisatawan ini selalu menyempatkan diri untuk berenang di danau. Sementara bagi wisatawan yang pandai menyelam, dapat melihat keindahan terumbu karang di dekat pulau ini. Di daerah ini juga terdapat pohon-pohon berbuah batu. Di sini terdapat suatu kepercayaan yang mengatakan jika ada turis yang datang ke Satonda, lalu dia menggantungkan batu ke pohon sambil mengharapkan sesuatu maka keinginannya akan terkabul. Pangeran Charles dari Kerajaan Inggris termasuk salah seorang yang melakukannya ketika mengunjungi tempat ini pada tahun 1990-an.

Satonda hanyalah sebuah pulau kecil seluas 4,8 km2 yang sangat rentan terhadap perubahan. Status pulau ini merupakan kawasan konservasi berupa Taman Wisata Alam. Tanpa adanya kegiatan pengelolaan yang memadai dikhawatirkan keunikan Satonda ini terancam hilang. Selain itu, pengembangan pariwisata yang tidak terkontrol seperti jumlah pengunjung yang berlebihan dan tanpa pengaturan atau pengembangan fasilitas yang tidak tepat dapat merusak lingkungan pulau, sehingga menjadi ancaman utama di masa depan.

0 comments: