Thursday 10 December 2009

MUNDU..si kuning yang bulat dan cantik

0 comments

Mungkin sudah tidak asing lagi mendengar nama buah ini. Namun untuk melihatnya secara langsung mungkin tidak semua orang pernah. Bentuknya yang bulat, warnanya yang hijau muda saat masih mentah dan berubah menjadi kuning cerah saat sudah matang. Rasanya asam sedikit manis namun cukup segar. Tekstur daging buahnya lunak, kalau orang jawa menyebutnya "rodo mlenyek". Buah ini namanya Mundu. Nama ilmiahnya Granicia dulcis.



Sekilas buah Mundu ini seperti buah Kesemek. Perbedaaanya adalah : pertama, bentuk buah mundu rata-rata bulat sedikit gepeng seperti Manggis, sedang Kesemek ada yang gepeng dan ada yang bulat panjang. Kedua, warna kulit buah Mundu yang matang ialah kuning cerah mengkilat, sedang Kesemet warnanya kuning sedkit jingga dan tertutup serbuk seperti bedak. Ketiga, rasa buah Mundu asem manis, sedang Kesemek rasanya manis.

Memang sangat sulit untuk menemukan pohon buah ini. Belum tentu di satu tempat terdapat satu pohon. Kebetulan di sekitar rumah mbah saya terdapat satu pohon yang usianya sudah sangat tua. Konon pohon buah Mundu itu telah ada sejak mbah saya masih muda. Walau cuma ada satu dan tumbuhnya tepat di tepi kalen ( bahasa jawa untuk selokan atau saluran air ), pohon buah Mundu ini hampir setiap tahun selalu berbuah dan jumlahnya cukup banyak. Walau tumbuh di pekarangan orang ( namun masih saudaranya mbahku sendiri ), pemiliknya memperbolehkan siapa saja untuk mengambil. Sebab rasa buahnya yang asem membuat pemiliknya kurang suka untuk mengkonsumsinya. Kebanyakan dari mereka yang memetik karena memang doyan adalah anak-anak kecil.



Namun untuk memperoleh dan untuk mengkonsumsi buah Mundu tidaklah sangat mudah. Bentuk pohonnya lurus mengerucut dengan banyak ranting. Di mana ranting-ranting tersebut bersifat mudah patah ( istilah jawanya "pang pel" ). Jadi sangat jarang yang mau memanjat langsung untuk memetik buahnya. Kebanyakkan memilih menggunakan galah atau boso jowone "genter".
Selain cara memperolehnya sedikit susah, cara makannya juga tidak asal gigit atau "brakot" ( bahasa jawa ). Memang bagi mereka yang baru pertama kali mencoba memakannya, akan langsung saja main gigit layaknya makan apel. Maklum, bentuknya yang bikin gemes dan warnanya yang cerah akan membuat siapa saja menjadi tidak sabar untuk mengigitnya. Padahal, bila buah Mundu langsung dimakan, getah yang terdapat di dalam kulit buah Mundu sifatnya cukup keras untuk membuat kulit kita di sekitar mulut menjadi teriritasi atau "nedas" ( istilah jawanya ). Kulit kita akan memerah seperti mengalami luka bakar ringan. Rasanya sedikit perih dan gatal. Jadi cara memekan buah Mundu yang tepat ialah terlebih dahulu buah dikupas dan dicuci bersih dengan air. Baru dech bisa dimakan.

Khasiat dari memakan buah mundu ini adalah memperlancar buang air besar, karena memang daging buahnya cukup banyak mengandung serat. Selain itu kandungan vitamin C-nya juga cukup banyak. Jadi cukup baik buat yang membutuhkan asupan vitamin C. Dan satu yang pasti, dengan memakan buah Mundu ini akan membuat kita ceria dan punya banyak teman...Lho kok????..Lha yo bener..khan rasa buahnya yang kecut manis akan membuat kita yang memakannya cengar-cengir atau "pringas-pringis" seperti orang yang lagi senang..ha.ha (..maksa ya?? ). Selain itu mengingat cara untuk memperoleh buah Mundu ini sedikit susah, maka dibutuhkan kerjasama dari beberapa orang. Dari kerjasama tersebut secara otomatis akan menumbuhkan rasa pertemanan...he..he..he..( Asal saat membagi buahnya juga adil dan merata..setuju ?? ).

GENJER

1 comments

Daunnya bundar sebesar telapak tangan orang dewasa dan warnanya hijau segar, tampak tebal namun tekstur permukaannya lembut dengan bulu-bulu halus di permukaanya. Tumbuh di sawah dan tepian sungai dengan tanah berlumpur dan berair. Sekilas atau bila dilihat dari jauh ( namun jangan dari jarak 100 m lebih, gak kelihatan karena kejauhan..he..he ) nampak seperti enceng gondok.



Itulah tanaman yang bernama Genjer. Genjer dengan nama ilmiah Limnocharis flava biasanya banyak tumbuh di sawah setelah panen padi dan kondisi tanah belum di bajak kembali. Orang jawa menamai tanaman ini dengan nama Genjer, sedangkan orang sunda menamainya Gendot.



Sekilas genjer mirip dengan Enceng gondok ( Eichhornia crassipes ), namun terdapat perbedaan keduanya yang mencolok. Pertama, tangkai daun Genjer kecil lurus merata, sedangkan Enceng gondok tangkai daunnya menggelembung. Kedua, daun Genjer tidak bergelombang dan tekstur permukaan daunnya lembut dengan bulu-bulu halus dipermukaannya, sedangkan daun Enceng gondok bergelombang dan permukaannya licin. Selain itu, daun Genjer sangat kedap air seperti daun Talas. Ketiga, Genjer tumbuh di tanah lumpur, sedangkan Enceng gondok tumbuh dengan mengapung di permukaan air.

Di kampung halaman saya Klaten, Genjer sangatlah mudah ditemui. Namun di sawah, bukan di pasar-pasar. Memang karena mudah di dapat dan harganya sangatlah murah, orang-orang tidak mau menjualnya, karena cari saja ke sawah bisa pulang bawa genjer sebakul. Biasanya genjer dimasak tumis atau oseng-oseng. Rasanya cukup enak dan renyah seperti sawi hijau.

Tak hanya orang dewasa saja yang menyukai Genjer untuk dikonsumsi. Anak-anak di kampung saya pun sangat menyukai Genjer. Akan tetapi kesukaan anak-anak terhadap Genjer bukanlah untuk dimakan. Memang begitulah anak-anak pada umumnya, mereka kurang menyukai sayur. Sayur yang biasa kita makan saja mereka ogah, apalagi Genjer yang bagi mereka sedikit aneh. Anak-anak menyukai Genjer sebagai mainan. Kok bisa ? Pasti itu yang menjadi pertanyaan. Ternyata dengan memanfaatkan daun genjer dan tangkainya, anak-anak justru bisa bermain secara kreatif. Yaitu dengan menjadikan daun Genjer tadi menjadi perahu layar. Caranya sangat sederhana. Pertama, cari daun Genjer yang cukup lebar beserta tangkainya. Lalu lengkungkan tangkainya ke daun sampai menancap. Dan...taaaarrraaaa..jadi dah perhau layarnya. Tinggal dibawa ke sungai atau kolam. Dengan memanfaatkan tiupan angin anak-anak bisa berlomba adu cepat dengan kapal layar yang mereka ciptakan sendiri. Kreatif bukan ?

Tak cuma itu saja manfaat dari Genjer. Kebetulan Mbah putri saya di desa juga memanfaatkan daun Genjer untuk campuran ransum makanan bebek peliharaan. Daun Genjer dicacah kasar dan dicampur dengan dedak dan tinggal tambahakan air. Selain menghemat biaya pakan bebek, ternyata daun Genjer membuat bebek-bebek Mbah putri saya menjadi gemuk ginuk-ginuk..he..he.. Dan kotoran bebeknya pun tak begitu berbau, serta warnanya sedikit indah yaitu kehijau-hijauan..he..he..

Tuesday 8 December 2009

LERAK..si deterjen alami

1 comments

Di jaman kita hidup sekarang, sangatlah lebih enak bila dibandingkan mudanya kakek nenek kita. Apalagi di era yang serba modern dan instan sekarang ini, kita tidak perlu bersusah-susah. Mau masak nasi tinggal masukin beras ke rice cooker, mau nyuci tinggal masukin pakaian kotor plus deterjen ke mesin cuci.
Ngomong-ngomong tentang cuci-mencuci, siapa yang yang tak kenal deterjen dengan segudang merk yang beredar di negeri kita ini. " Cukup setakar bisa buat nyuci pakaian kotor seember..".. " Mencuci tangan tetap lembut...". " kekuatan sepuluh tangan.." dan sebagainya... Begitulah berbagai bunyi hasutan dari berbagai iklan deterjen di televisi. Namun dari sekian banyak produk deterjen yang beredar di pasaran, apakah ada yang benar-benar ramah lingkungan ?



Setelah mencuci baju, kulit tangan Anda terasa kering, panas, melepuh, retak-retak, gampang mengelupas hingga gatal? Bila itu yang Anda rasakan, maka deterjen Anda adalah bukan deterjen yang baik bagi kesehatan. Hati-hati, pemakaian terus-menerus menimbulkan gangguan pada fungsi-fungsi organ, seperti pada sistem pencernaan dan fungsi hati. Air yang terkontaminasi deterjen, dapat mengganggu fungsi-fungsi organ. Dalam waktu panjang, dapat merusak sistem pencernaan, dan fungsi hati. Hal itu disebabkan oleh susunan rantai kimia surfaktan, yang ada di dalam deterjen itu.

Ternyata selain tidak bersahabat dengan tubuh manusia, deterjen juga tidak ramah terhadap lingkungan. Di dalamnya terdapat zat-zat yang tidak bisa atau sulit terurai secara alami oleh tanah. Zat-zat kimia tersebut kemudian terakumulasi selama bertahun-tahun dan merembes ke dalam sumber air tanah. Zat pembersih seperti chlorine— yaitu zat kimia yang banyak dipakai sebagai pemutih dalam deterjen—membutuhkan waktu selama 150 tahun untuk terurai sempurna. Demikian juga ABS (alkyl benzene sulphonate), zat kimia yang digunakan sebagai penghasil busa pada berbagai deterjen. Saking kuatnya ikatan rantai molekul-molekul penyusunnya, ABS baru bisa terurai sempurna dalam waktu kurang lebih 500 tahun!!

Pada masa mudanya kakek nenek kita dahulu, mereka tidak mengenal yang namanya deterjen. Boro-boro mengenal, mungkin pabriknya saja belum ada. Untuk keperluan mencuci baju, mereka memanfaatkan busa yang diperoleh dari tumbuhan yang bernama "Lerak".

Lerak (terutama Sapindus rarak De Candole, dapat pula S. mukorossi) atau dikenal juga sebagai rerek atau lamuran adalah tumbuhan yang dikenal karena kegunaan bijinya yang dipakai sebagai deterjen tradisional.











Tumbuhan lerak berbentuk pohon dan rata-rata memiliki tinggi 10m walaupun bisa mencapai 42 meter dengan diameter 1m, karenanya pohon lerak besar dengan kualitas kayunya setara dengan kayu jati. Sehingga banyak ditebang karena memiliki nilai ekonomis. Bentuk daunnya bulat-telur berujung runcing, bertepi rata, bertangkai pendek dan berwarna hijau. Biji terbungkus kulit cukup keras bulat seperti kelereng, kalau sudah masak warnanya coklat kehitaman, permukaan buah licin dan mengkilat.




Biji lerak mengandung saponin, suatu alkaloid beracun, saponin inilah yang menghasilkan busa dan berfungsi sebagai bahan pencuci, dan dapat pula dimanfaatkan sebagai pembersih berbagai peralatan dapur, lantai, bahkan dapat dipakai untuk memandikan dan membersihkan binatang peliharaan. Kandungan racun biji lerak juga berpotensi sebagai insektisida. Cara mendapatkan busa buah lerak sangatlah gampang. Buah lerak cukup dimemarkan dengan cara dipukul. Lalu gosokkan buah lerak yang telah memar tadi pada kain atau baju yang akan dicuci. Dengan kain atau pakaian dibasahi terlebih dahulu. Kulit buah lerak dapat digunakan sebagai pembersih wajah untuk mengurangi jerawat dan kudis. Busa yang dihasilkan dari buah lerak tidaknya merusak lingkungan. Busa tersebut dengan sendirinya akan terurai.

Namun sekarang ini sangatlah sulit untuk menemukan pohon lerak. Biasanya para pengrajin batik tradisionallah yang masih menggunakan lerak untuk mencuci kain batik. Busa buah lerak tidak akan merusak warna kain batik, namun justru sebaliknya. Dengan di cuci dengan menggunakan busa buah lerak, warna kain batik akan bertahan lebih lama.

Tuesday 1 December 2009

POHON KELOR

4 comments

ENAK DAN SAKTI...


Pohon Kelor yang nama ilmiahnya Moringa oleivera termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketingginan batang 7 -11 meter. Di jawa, Kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon Kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi mempunyai akar yang kuat. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa). Sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa). Pengembangbiakannya dapat dengan cara stek.

Bagi masyarakat Indonesia, kelor memiliki banyak nama. Jadi masing-masing daerah memiliki sebutan masing-masing : Kelor (Indonesia, Jawa, Sunda, Bali, Lampung, Sumbawa), Kerol (Buru); Marangghi (Madura), Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo); Keloro (Bugis), Kawano ( Sumba), Ongge (Bima); Hau fo (Timor);

Ini dia wujud dari daun kelor.

Buah kelor yang belum dikupas.

Buah kelor yang telah dikupas.



Bagi saya yang pernah tinggal di Sumbawa Besar, kelor sudah tidak asing lagi. Di sana daun kelor dipakai untuk campuran sayur bening, sedang buahnya yang panjang dipakai untuk campuran sayur asem.

Hal ini sangat berbeda 180 derajat dengan masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Jawa, daun kelor tidak lazim untuk dikonsumsi. Justru di Jawa daun kelor terdengar seram. Bagaimana tidak seram, di Jawa daun kelor dipakai salah satu syarat dalam memandikan jenasah. Di dalam air untuk memandikan jenasah diberi beberapa tangkai daun kelor.




Lain lagi dengan di pulau Lombok. Di pulau Lombok, selain dikonsumsi, pohon kelor termasuk tanaman yang sakti atau ampuh untuk memusnahkan ilmu hitam. Pernah ada seorang teman saya yang saat itu sedang berkunjung di suatu desa pelosok di pulau Lombok. Suatu sore ia mendengar warga desa berteriak-teriak mengejar sesosok mahkluk aneh dengan wujud setengah anjing setengah burung. Badan berbentuk seperti burung, namun berkepala anjing. Tidak berapa lama seorang warga dapat mendekati mahkluk tersebut dan langsung memukulnya dengan menggunakan sebatang ranting pohon kelor. Mahkluk tersebut langsung jatuh tersungkur dan seketika berubah kembali menjadi sosok wanita. Rupanya mahkluk tersebut adalah leak, yaitu mahkluk jelmaan dari manusia yang mempelajari ilmu hitam. Ternyata leak bisa dikalahkan dengan menggunakan sebatang tangkai kelor, namun syaratnya harus satu kali pukul. Konon bila kita memukulnya lebih dari satu kali, leak justru akan bertambah kuat. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi leak Bali. Leak Bali dikenal lebih kuat daripada leak Lombok.

Di luar kemampuannya untuk menghilangkan ilmu hitam dan penggunaannya yang sedikit seram, ternyata pohon kelor juga menyimpan manfaat lain, yaitu sebagai obat tradisional. Kelor dapat digunakan sebagai : Diuretik, Stimulan, Ekspektoran, Analgesik. ( Ipteknet )

Monday 30 November 2009

BUAH GOAL / BIDARA

3 comments

" SI APEL SUMBAWA "

Jika anda pernah mengarungi masa kecil di pulau Sumbawa, maka romantisme masa lalu tidak akan lekang meskipun sudah puluhan tahun meninggalkan pulau bertuah ini. Saya memang tidak lahir di Sumbawa, bapak-ibu saya bahkan aslinya berasal dari Klaten Jawa Tengah. Namun saya tumbuh dan besar dari usia 2,5 tahun sampai lulus SMU di kota Sumbawa. Saat masih berada di Sumbawa, buah ini merupakan salah satu buah favorit saya. Bentuknya bundar seperti apel, berukuran sebesar kelereng, jadi kita juga bisa menyebutnya " apel sumbawa " he.he.he. Saat masih muda warnanya hijau muda dan sangat sepet rasanya. Buah yang sudah matang berwarna coklat muda atau jingga. Rasa buah yang sudah matang sedikit aneh, perpaduan sedikit manis, kecut, dan berlendir. Agak sulit untuk mediskripsikan rasanya secara pas, pokoknya beda. Jadi tidak seperti buah lain yang sudah populer. Bagi yang pertama kali merasakan terus terang sedikit menjijikkan, seperti pertama kali saya mencobanya. Namun dijamin anda akan menyukainya. Kebanyakan buah ini diperoleh dengan cara memungut langsung dari bawah pohonnya. Jadi tidak dipetik, karena tidak ada yang mau terkena duri-duri tajam yang banyak tumbuh di batang atau ranting pohonnya.



Buah Goal dalam bahasa Indonesia dinamakan buah Bidara atau dalam bahasa latinnya disebut Ziziphus mauritiana ialah tumbuhan hutan yang hampir tumbuh diseluruh wilayah Sumbawa. Dengan ukuran tinggi antara 2 – 6 Meter, pohon bidara akan berbuah lebat saat musim buah tiba. Khusus di pulau Sumbawa tanaman bidara biasanya berbuah menjelang bulan Suci Ramadhan. Saat inilah perburuan buah bidara dilakukan. Hampir setiap bukit dan hamparan savana yang kering pohon bidara tumbuh bahkan menjadi satu-satunya tanaman yang bisa bertahan dilahan yang tandus.

Ciri khas pohon bidara berdaun bulat kecil, ukurannya lebih lebar dari daun kelor, pohonnya sangat keras namun rantingnya dipenuhi dengan duri.

Jika mata memandang sepanjang pintu gerbang pelabuhan Poto Tano Kabupaten Sumbawa Barat, dibukit yang gersang hanya ada dua buah pohon yang masih bertahan yakni pohon bidara dan asam jawa. Sepanjang perjalanan dari Poto Tano sampai dengan ujung timur pulau Sumbawa yang terletak di Kabupaten Bima pohon bidara masih mendominasi.
Tanaman bidara merupakan tanaman eksotik yang konon hanya bisa tumbuh sumbur di pulau Sumbawa, didaerah lain boleh dibilang keberadaan tanaman bidara sangat nihil.

Sejarah keberadaan tanaman bidara di Sumbawa tidak terdokumentasi namun benang merah keberadaan bidara bisa diurutkan dari mana asal muasal tanaman ini berada.
Dari sejarah yang tertulis ternyata buah Bidara ini merupakan buah yang pertama kali dimakan Nabi Adam Alaihi salam. Dalam Algur’an buah bidara dinamakan Shidr. Dalam surat al-waqiah 28. disebutkan “ Berada di tengah-tengah pohon bidara yang tidak berduri.” Bagi "golongan kanan," keadaan bahagia yang mereka alami di dunia ini tercermin di akhirat nanti. Sidr adalah pohon bidara, di akhirat. Pohon itu tidak memiliki duri, karena segala sesuatu di akhirat akan berada dalam bentuknya yang paling murni. Wanita akan tetap selamanya perawan, dan selamanya hidup. Segala sesuatu berada dalam bentuknya yang sempurna, termurni, dan terbaik. Duri adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan, karena itu, tidak ada dalam surga di akhirat. Tidak ada sesuatu pun yang bisa melukai penghuni surga itu.

Ditanah Arab, Buah Bidara dapat dijumpai dipasar-pasar setempat bahkan keberadaan tanaman bidara disana menjadi pendukung perbedaan khasiat madu. Madu Arab terkenal dimana-mana, salah satu factor kunci makanan lebah penghasil madu di Arab yakni keberadaan pohon Kurma dan Pohon Bidara. Tanaman bidara banyak pula tumbuh di daerah Kasmir , sebuah wilayah di Pegunungan Himalaya, yang terbelah diantara India dan Pakistan. Selain Madu Arab dikenal pula ada juga MADU KASHMIR yang banyak dikonsumsi dan menjadi favorit masyarakat di Arab Saudi dan bahkan menyebar keseluruh dunia.

Boleh jadi keberadaan tanaman Bidara di Pulau Sumbawa juga disebabkan oleh kedatangan orang-orang arab yang memang sejak lama sudah menginjak kakinya di pulau Sumbawa. Di Sumbawa, buah bidaral bukanlah buah yang dikomersilkan secara luas, pasalnya saat musim berbuah tiba semua orang bisa memetik buah bidara yang pohonnya juga menghisasi jalan-jalan sepanjang Sumbawa dari wilayah Timur sampai Barat. Namun jika malas berburu buah bidara, keberadaannya bisa juga didapatkan dipasar-pasar tradisional setempat. Harga satu mangkuk saat musim berbuah berkisar antara Rp.500 – 1000, namun diluar musim berbuah, harga buah bidara melonjak menjadi Rp.2000.


Buah bidara yang menjadi favorit masyarakat Sumbawa yakni yang berjenis buah bidara besar atau masyarakat menyebutnya goal gayong. Bentuk buah bidara ini lebih besar dibandingkan dengan bidara lainnya. Ukuran goal gayong ini sebesar kelereng bahkan rata-rata sebesar buah lengkeng yang terbesar. Akan membuat lidah bergoyang jika buah bidara ini dimakan menggunakan sambal garam. Buah yang warna hijau ditambah dengan sambal garam yang cukup pedas dipastikan kenikmatan itu tidak akan hilang begitu saja.

Secara umum buah bidara bermanfaat untuk menguatkan kecerdasan otak, memperlancar makanan di usus, Menghilangkan penyakit kuning, menghaluskan kulit, meningkatkan selera makan, menghilangkan dahak, serta menyembuhkan penyakit lambat haid.

Dalam masyarakat Sumbawa ternyata keberadaan pohon bidara juga menyentuh dunia mistik. Daun bidara dipercaya dapat mengusir setan atau mengembalikan kesadaran orang yang terkena sihir. Bahkan orang tua dulu memanfaatkan daun bidara untuk memandikan mayat jika mulut mayat tersebut tidak bisa tertutup rapat. Alhasil setelah dimandikan dengan daun bidara maka mulut mayat akan tertutup rapat.

MENGAPA POHON BUAH GOAL HARUS DILESTARIKAN ?

Selama ini masyarakat bahkan Pemerintah Daerah di pulau Sumbawa belum menyadari bahwa keberadaan pohon bidara merupakan faktor pembeda khasiat madu Sumbawa. Pulau Sumbawa terkenal sebagai salah satu penghasil madu terbaik di Indonesia bahkan boleh dibilang kualitas madu Sumbawa menyamai kualitas madu Arab.

Faktor kunci tingginya kualitas madu sumbawa tak lain adalah makanan lebah sumbawa yakni bunga pohon bidara. Pohon Bidara dengan jumlah arel luas hanya tumbuh di Sumbawa. Pohon Bidara tidak memerlukan perawatan khusus, dimana ada lahan kosong dan ada biji bidara yang tidak sengaja dijatuhkan, dipastikan pohon bidara akan tumbuh.

Secara komersial buah bidara belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat Sumbawa. Buah bidara baru perjualbelikan saat musim berbuah tiba, selebihnya penikmat buah bidara tidak akan menjumpai buah bidara tersebut diluar musim berbuah. Buah bidara sebenarnya bisa menjadi buah khas Sumbawa jika bisa dimanfaatkan dengan pengolahan. Buah Bidara bisa diolah menjadi asinan dan manisan. Sudah tentu jika sudah diolah maka ketahanan bidara bisa berbulan-bulan. Daerah lain tidak memiliki buah bidara, maka sudah tentu buah ini akan menjadi buah eksotik yang merupakan ciri khas pulau Sumbawa. ( Sumbawanet.com )

BUAH GOWOK

0 comments

Bulat, ungu seperti manggis tapi mini

Pertama kali melihat buah ini, kata yang muncul seketika ialah " nih buah lucu amat, bunder dan gemuk, mana item lagi he.he..". Saya bertemu buah ini saat sedang mudik di kampung halaman istri di Dusun Nggergunung Desa Wakah Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi Jawa Timur. Kata ibu nama buah ini adalah Gowok. Saat itu pula mengingatkan saya akan buah lain yang hampir mirip, yaitu buah Jamblang atau Duwet namun disilangkan dengan buah Anggur..he..he..( maksa ). Bedanya kalo Jamblang bentuknya lonjong dan warnanya hitam keunguan merata, sedang Gowok bentuknya bulat gepeng dan warnanya juga hitam keunguan namun terdapat bercak putih atau hijau muda. Awalnya saya mengira buah ini masih kerabat dari buah Jamblang. Namun setelah mencoba kliteraturnya di internet, ternyata saya baru tahu kalau buah ini sama sekali tidak dekat dengan buah Jamblang, justru buah Gowok ini masih kerabat dengan buah Jambu ( he.he..tiwas sok rodo pinter, tibake adoh ).

Isinya putih, biji ada satu dengan ukuran cukup gede, rasanya kecut tpi segeeeeeerrr...

Daging buah Jamblang berwarna keunguan, sedang daging buah Gowok berwarna putih dan terkadang sedikit merah muda. Begitu mencoba mencicipi, rasanya juga tak jauh dari rasa buah Jamblang. Hanya saja kalo buah Gowok lebih asam namun segar tanpa sepet, sedang kalo Jamblang kecut manis dengan sedikit sepet.

sekilas nampak seperti buah jamblang alias duwet..

Gowok, kupa, atau kepa dengan nama ilmiah Eugenia polycephala adalah pohon buah anggota suku jambu-jambuan atau Myrtaceae yang berasal dari Indonesia, khususnya Jawa dan Kalimantan. Nama-namanya dalam bahasa daerah adalah Gohok ( bahasa Betawi ), Kupa, Kupa beunyeur ( bahasa Sunda ), Gowok, Dompyong ( bahasa Jawa ).
Pohon kecil sampai sedang, tinggi 8-20 m dan gemang hingga sekitar 50 cm. Daun tunggal berhadapan, lonjong, 17-25 x 6-7 cm.
Buah buni, bulat agak gepeng, 2-3 cm garis tengahnya, ungu tua hingga kehitaman mengkilap, bermahkota tabung kelopak, tersusun dalam rangkaian.[2] Daging buah putih atau agak merah ungu, banyak mengandung sari buah, masam atau asam manis agak sepat, berbiji gepeng dengan kulit putih atau merah ungu.

Gowok tumbuh liar terutama di hutan-hutan sekunder, antara ketinggian 200-1800 m dpl. Selain itu gowok juga ditanam di ditanam di kebun-kebun pekarangan dan lahan-lahan wanatani yang lain.
Gowok kebanyakan ditanam untuk diambil buahnya, kerap dijual di pasar untuk dimakan segar, sebagai bahan rujak atau untuk disetup. Kayunya berwarna kemerahan, digunakan sebagai bahan bangunan atau perabotan.
Tanaman ini diperbanyak dengan biji. ( Wikipedia Indonesia )

Monday 16 November 2009

DAUN QAT

0 comments

Pernah ada yang mengdengar nama daun qat ( baca : kot ) ? Memang banyak yang belum mendengarnya. Tanaman ini banyak tumbuh di daerah Yaman dan wilayah Tanduk Afrika yang meliputi Somalia dan Etiopia.


Coba ambillah sehelai daun yang rasanya pahit dan kunyahlah. Tak berapa lama, anda akan merasakan nafsu makan berkurang, merasa lebih waspada dan rasa gembira yang sedikit berlebihan. Itulah efek bila mengkomsumsi daun qat. Bagi para pekerja di daerah di mana daun qat berasal, daun qat telah dijadikan stimulan untuk menambah tenaga selama ratusan tahun. Qat juga dikonsumsi oleh para pria untuk bersantai di sore hari. Kini, penggunaan daun qat kian populer dan meluas, didorong oleh semakin banyaknya orang yang tinggal di perkotaan, mudahnya mendapatkan uang dan longgarnya adat-istiadat.


Orang-orang di Somalia bahkan mengunyahnya di pagi hari di jalanan. Tak ketinggalan anak-anak dan ibu menyusui juga mengunyahnya.
Setiap hari, daun qat dikirim ke daratan Eropa, Australia dan Amerika Utara untuk memenuhi permintaan para ekspatriat Afrika dan Yaman yang tinggal di sana. Di Etiopia, daun qat menjadi sumber pendapatan terbesar di sektor perdagangan luar negeri. Namun sekarang muncul kekhawatiran mengenai timbulnya masalah kesehatan akibat penggunaannya yang berlebihan. Bahkan sejumlah negara di Eropa terlibat perdebatan, melegalkan daun ini seperti tembakau atau melarangnya seperti mariyuana ?
Daun qat bisa membuat anda ditangkap di Amerika Serikat, Kanada dan beberapa negara di Eropa. Sedangkan di Inggris, penggunaan daun qat boleh-boleh saja.

Sumber : Karen E. Lange ( National Geographic Indonesia, November 2009 )

Friday 13 November 2009

UPACARA KASADA

0 comments

Kaldera Tengger dilihat dari puncak Pananjakan menjelang matahari terbit, tampak Gunung Semeru terbatuk...

Siapa yang tak kenal dengan Gunung Bromo ?. Hampir semua sudah kenal, atau paling tidak pernah mendengar namanya. Bicara mengenai Gunung Bromo pasti tak lepas dari nama kawasan dan penduduk aslinya, yaitu Tengger. Penduduk Tengger yang beragama hindu merupakan masih keturunan dari masyarakat Majapahit yang mengungsi dari tempat asalnya karena desakan kerajaan islam. Nama Tengger berasal dari gabungan nama sepasang suami istri, yaitu Roro Anteng dan Joko Seger. Roro Anteng adalah salah satu putri Prabu Brawijaya, penguasa Majapahit. Sedangkan Joko Seger adalah pemuda keturunan Brahmana. Di mana di masa lalu pasangan tersebut di diharuskan mengorbankan putera terakhirnya dengan cara membuangnya ke kawah gunung Bromo untuk menghindari terjadinya bencana.
Pengorbanan putera yang dilakukan oleh Roro Anteng dan Joko Seger itulah yang menjadi cikal bakal upacara YADNYA KASADA, yang sampai sekarang masih dilakukan oleh masyarakat Tengger setiap tahunnya. Perayaan dilakukan pada tanggal 14 atau 15 pada bulan purnama, pada bulan ke-12 yang biasa disebut KASADA menurut kalender Tengger. Pada tahun ini puncak perayaan KASADA jatuh pada tanggal 5-6 September 2009.
Prosesi YADNYA KASADA berlangsung beberapa hari, yang diawali dengan mendhak tirta atau mengambil air suci untuk sembahyang. Puncak prosesinya ditandai dengan labuh sesaji ke kawah Gunung Bromo. Sesaji yang dilabuh atau biasa disebut ongkek berupa hasil bumi atau ternak. Labuh sesaji dimaksudkan untuk mengucapkan syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa sebagai penguasa alam.
Sejak dahulu, labuh sesaji merupakan peristiwa sakral yang dilakukan warga suku Tengger, baik secara kelompok maupun secara pribadi. Ribuan warga Tengger dari puluhan desa di Pegunungan Bromo berduyun-duyun menapaki lereng Gunung Bromo untuk melarung sesaji, yang sebelumnya didoakan oleh para dukun atau pemuka adat. Pada puncak sembahyangan Yadnya Kasada, semua dukun melakukan pujastuti atau membaca mantra dalam bahasa Jawa kuno secara serentak untuk mendoakan sesaji.

Segera setelah didoakan, semua sesaji dibawa ke pinggir kawah Gunung Bromo untuk dilemparkan ke dalam kawah.

Tak cuma hasil bumi yang dilarung, bahkan kerbau utuh pun ikut pula dilarung

Sesaji itu bisa berupa beberapa ikat padi, hasil kebun seperti wortel, kol, terong, ubi, singkong, jeruk, apel dan berbagai macam buah dan sayuran. Bahkan tak ketinggalan kambing atau kerbau juga menjadi sesaji.
Namun sayang, sekarang kesakralan larung sesaji terganggu dengan banyaknya pendatang dari daerah luar Tengger yang hanya berniat untuk memdapatkan sesaji. Tak jarang mereka meminta secara langsung kepada warga agar sesaji tidak dilempar ke kawah Gunung Bromo. Puluhan pendatang tersebut bahkan mendirikan tenda-tenda di bawah bibir kawah. Mereka bahkan menggunakan senjata berupa galah dengan jaring diujungnya guna menangkap sesaji yang dilempar.

Sebenarnya menurut tata cara upacara, menangkap sesaji yang dilarung tidak ada, namun justru bagi orang-orang luar Tengger, itu merupakan berkah. Padahal sebenarnya hal ini justru menghilangkan kesakralan upacara Kasada.

ATMOSFER

0 comments



Atmosfer terdiri atas 79% nitrogen, 20% oksigen dan 1% beragam gas lain. Sejumlah lapisan lain membagi lagi atmosfer ke dalam zona-zona yang semakin lama semakin tipis, bermula dari permukaan Bumi hingga tepi angkasa luar.
Seluruh atmosfer yang kasat mat di mana terdapat seluruh sistem cuaca Bumi berada di lapisan teratas, yaitu troposfer. Dengan ketinggian 14 km, troposfer diselubungi lapisan setebal 4 km yang disebut tropopause. troposfer dan tropopause membentuk atmosfer Bumi paling bawah.
Stratosfer terentang ke atas dari troposfer setinggi 50 km. Stratosfer memiliki lapisan ozon, yaitu pembatas sempit yang menyerap radiasi ultraviolet sinar matahari. Polusi udara akibat senyawa fluorokarbon yang berasal dari kendaraan bermotor, pabrik dan kebakaran hutan, mengakibatkan kerusakan luas pada lapisan ozon dan bisa berakibat mengerikan bila dibiarkan tanpa kontrol.
Stratosfer berselimutkan mesosfer yang terentang ke atas setinggi 85 km. Stratosfer dan mesosfer merupakan bagian tengah atmosfer.
Bagian atas atmosfer yaitu termosfer, bermula pada tepi mesosfer dan berlanjut hingga 600 km di atas permukaan bumi. Bagian atas termosfer yang disebut ionosfer memberikan perlindungan vital dari radiasi sinar matahari.
Gabungan litosfer dan atmosfer terdiri atas dua bagian lain yang menjaga seluruh kehidupan di Bumi.

Fakta yang berhubungan dengan atmosfer :

1. Pada tahun 1960, pilot angkatan udara Amerika serikat meloncat dari balon udara pada ketinggian 32 km dari atas bumi. Itu merupakan rekor yang sampai sekarang masih berlaku.














2. Concorde merupakan pesawat komersil yang terbang paling tinggi. Super sonic transport itu menjelajah wilayah paling rendah dari stratosfer pada ketinggian 18 km dari permukaan bumi. Hal ini untuk menghindari terjadinya tabrakan dengan benda lain.






3. Angsa tanpa pelindung kepala biasa terbang berombongan di ketinggian sekitar 9 km dari permukaan Bumi.













Sumber : Kompas, Minggu 1 November 2009

HIDROSFER

0 comments



Berasal dari kata "hidro" yang artinya air. Disebut juga sebagai sphere/bagian air. Hidrosfer berinteraksi dengan seluruh sphere lain di Bumi dengan cara mendistribusikan melalui 3 bentuk cara, yaitu : uap air, cairan dan cairan padat. Air laut yang asin menyusun hampir seluruh hidrosfer ( 97% ). Sebanyak 2% air yang lain berbentuk kantong es di kutub utara dan selatan, gletser dan sungai es. Air tanah dan air yang terjebak di tanah hanya mewakili 1% dari total volume air di Bumi. Air permukaan di rawa, danau dan sungai serta air di atmosfer merupakan bagian sangat kecil dari 1% tersebut. Oleh sebab itu berhemat air tawar merupakan sebuah keharusan, mengingat jumlahnya yang sangat sedikit.
Sirkulasi air melalui sphare disebut siklus hidrologis. Siklus tersebut mendistribusikan energi dari satu sphare ke sphare yang lain melalui penguapan, kondensasi, transpirasi dan hujan.
Air menguap ke atmosfer. di atmosfer uap air mengalami kondensasi dan kembali ke litosfer sebagai hujan. Tanaman menangkap tetesan air hujan, lalu menarik ke tanah dengan akar-akarnya dibantu dengan gravitasi. Air yang menguap melalui daun, batang dan bunga -transpirasi-kembali naik ke atmosfer. Hujan juga memasok air permukaan dan air tanah melalui infiltrasi. Siklus ini terus-menerus berulang dalam gerakan konstan air dan energi yang merupakan sphare keempat yaitu biosfer.

Sumber : Kompas, Minggu 8 November 2009

LITOSFER

0 comments



Bumi yang kita tempati terdiri atas beberapa lapisan bumi, lapisan itu terdiri dari :
1. Kerak, dengan ketebalan 0-40 km
2. Mantel bagian atas, dengan kedalaman 40-670 km
3. mantel bagian bawah, dengan kedalaman 670-2900 km
4. Inti luar yang cair, dengan kedalaman 2900-5150 km
5. inti dalam yang padat, dengan kedalaman 5150-6370 km
LITOSFER termasuk dalam kerak Bumi dan bagian teratas mantel Bumi. Ketebalannya sangat bervariasi, dari sekitar 5 km sampai 100 km. Kerak bumi ialah cangkang rapuh yang tersusun dari lempengan tektonik yang mengapung pada mantel Bumi,. Kerak Bumi terbagi dalam dua bagian : kerak benua yang lebih tebal dan kerak samudra yang lebih tipis. Terfragmentasi menjadi 7 lempeng tektonik utama dan 12 lempeng yang lebih kecil. Kerak ini mengapung di atas massa semipadat pada mantel bagian atas. Mantel yang lebih bawah, keadaannya lebih plastis, dalamnya sekitar 2900 km, lalu bergabung dengan inti Bumi yang cair.
Sebagian besar aktivitas gunung berapi Bumi terjadi di sepanjang lempeng-lempeng tektonik. Punggung bukit samudra yang luas memisahkan lempeng-lempeng, sementara beberapa lempeng saling bertabrakan di daerah subduksi di mana kejadian kegunungapian dan kegempaan kerap terjadi.
Litorfer mengisi lebih dari 80% volume Bumi. Kebanyakan tersembunyi dari pandangan mahkluk yang hidup di atau dekat permukaannya.

Sumber : Kompas , Minggu 4 Oktober 2009

Tuesday 10 November 2009

EMPAT BIDANG LINGKUNGAN

0 comments

Bumi adalah sebuah komplek yang terdiri dari banyak sistem dan proses yang berhubungan. Untuk mempermudah memahaminya, ilmuwan membagi sistem itu ke dalam empak kelompok atau bidang lingkungan. Keempat bidang lingkungan tersebut adalah atmosfer, hidrosfer, litosfer dan biosfer yang dinamai mengikuti penaman Yunani untuk "udara", "air", "batu" dan "kehidupan". Ketika keempat bidang lingkungan tersebut disatukan, akan mencakup seluruh proses alamiah di planet Bumi.

ATMOSFER bermula pada permukaan Bumi dan berlanjut sampai ke ruang angkasa.








Sungai, danau, air tanah, sungai es dan es di kutub atau di puncak gunung menyusun HIDROSFER.










LITOSFER mencakup inti, selimut dan kerak Bumi.











Semua mahkluk hidup menyusun BIOSFER.










Keempat bidang lingkungan tersebut saling memiliki aktivitasnya sendiri dan sekaligus bergantung satu sama lain, memiliki ratusan sistem dan proses yang lebih kecil.

Wednesday 12 August 2009

GUNUNG MERBABU

0 comments


Gunung Merbabu banyak orang bilang adalah pasangannya Gunung Merapi. Orang sekitar Taman Nasional Merapi Merbabu menyebut Gunung Merapi sebagai gunung lanang ( laki-laki ) dan Gunung Merbabu sebagai gunung wadon ( wanita ). Memang kedua gunung tersebut bila dilihat dari barat atau timur tampak bergandengan. Gunung Merapi di sebelah selatan dan Gunung Merbabu di sebelah Utara. Di tengah antara keduanya terdapat sebuah kota kecamatan Selo yang masuk dalam kabupaten Boyolali. Selo sendiri adalah kata jawa yang berarti celah.

Para pendaki yang menyukai pendakian estafet dapat melakukan pendakian Gunung Merapi dan Gunung Merbabu sekaligus. Rutenya : naik Merapi dari Kinahrejo dan turun lewat Selo ( Dusun Plalangan ) kemudian dilanjutkan mendaki Merbabu melalui Dusun Genting dan berakhir di jalur Takelan.
Gunung Merbabu merupakan gunung berapi jenis stratovolcano dengan ketinggian 3145 mdpl. Terletak di antara 3 kabupaten yaitu : Kabupaten Boyolali, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang. Walau pernah beberapa kali meletus, sekarang gunung ini sedang tertidur ( sleeping mountain ). Letusan terakhir terjadi pada tahun 1968. Gunung ini memiliki 5 buah kawah yaitu : kawah Candradimuka, kawah Kumbang, kawah Kendang, kawah Rebab dan kawah Sambernyawa.

Terdapat cukup banyak jalur yang bisa digunakan untuk mendaki ke puncak Merbabu. Jalur utama adalah jalur Takelan di kecamatan Kopeng Salatiga yang terletak di sisi barat laut. Jalur lain yang sering digunakan ialah Jalur Selo di sisi selatan yang masuk dalam Kabupaten Boyolali. Selain itu juga ada jalur lain yang bisa dan cukup sering di pakai seperti Jalur Wekas di sisi barat ( Magelang ), jalur Candisari di sisi timur ( Ampel, Boyolali ).

JALUR SELO
Pendaki dari arah Boyolali atau Magelang berhenti di depan Polsek Selo atau Lapangan Selo. Di seberang Polsek atau lapangan Selo terdapat banyak warung yang menjual perbekalan mulai dari makanan, minuman dan peralatan mendaki tambahan seperti spitus dan jerigen air. Memang warung-warung itu masih terletak di lingkungan Pasar Selo. Untuk mencapai gerbang atau basecamp pendakian Merbabu, pendaki harus berjalan kaki atau naik mobil sayur atau bisa juga dengan ojek ke utara menuju Dusun Genting yang merupakan Basecamp. Jaraknya cukup jauh dan menanjak, kurang lebih 3 km. Jadi bila diputuskan berjalan kaki butuh tenaga yang ekstra untuk menempuh selama kurang lebih 45 menit-1 jam, namun kita akan berjumpa dengan penduduk sekitar yang ramah-ramah.

Selain itu kita juga dapat menikmati gagahnya sang Merapi di seberang selatan. Bila dengan mobil sayur atau ojek hanya perlu waktu 15 menit.

Di Dusun Genting kita bisa meminjam rumah warga sebagai basecamp. Sebaiknya kita membawa perbekalan air yang banyak dengan mengambil dari sumur warga. Karena sepanjang jalur perndakian tidak terdapat sumber air. Selain tidak terdapatnya sumber air, jalur pendakian Selo berupa jalan setapak tanah. Jadi bila kita mendaki saat musim hujan, medannya cukup licin. Sedang bila mendaki pada musim kemarau, medannya menjadi sangat berdebu.
Setelah terlebih dahulu membayar restribusi di gerbang, segera kita akan memasuki daerah hutan yang cukup rimbun dan hal ini akan terus kita temui sampai hampir mencapai Pos III.

Dari gerbang menuju Pos I membutuhkan waktu tempuh kurang lebih selama 1 jam dengan melalui jalan setapak yang cukup landai di dalam hutan. Pos I berada di sisi kanan jalur pendakian berupa tanah yang cukup lapang untuk mendirikan 3 buah tenda. Memang tidak terdapat bangunan di sini.

Dari Pos I ke Pos II dapat ditempuh selama kurang lebih 1,5 jam. Medan yang dilalui masih cukup landai. Namun setelah mencapai setengah perjalanan, medan akan mulai sedikit menanjak. Pos II berada di sebuah bukit kecil atau lebih tepat gundukan tanah dan tempatnya sedikit terbuka. Tepat di bawah sebelum Pos II kita akan menemui jalan terjal setinggi kurang lebih 3 m dengan kemiringan 70 derajat. jadi pendaki perlu berhati-hati karena sangat licin. Di pos II juga tidak terdapat bangunan, yang ada hanyalah semak-semak dan rumputan tinggi yang dapat dipakai untuk berlindung dari angin.

Menuju Pos III, dari Pos II butuh waktu kurang lebih 1,5 jam. Mulai dari sini sebaiknya pendaki lebih berhati-hati. Karena kita akan berjalan tepat di sisi kanan dan kiri jalur berupa jurang yang cukup dalam. Memang jurang tersebut kurang begitu terlihat, sebab tertutup oleh semak-semak dan dahan pohon. Bila kita melihatnya seolah seperti tanah, namun bila di injak akan ambles. Jadi sebaiknya bila beristirahat dalam perjalanan menuju Pos III, kita memilih duduk di jalan setapak tadi.

Di kanan-kiri jalur dapat dijumpai pula beberapa tanah lapang yang cukup menampung 1 tenda untuk istirahat. Tetapi sekali lagi berhati-hatilah.

Begitu akan mencapai Pos III, kita akan keluar dari lebatnya hutan menuju tanah lapang dengan tumbuhan ilalang yang cukup tinggi. Berarti kita telah sampai di Sabana I. Pos III akan terlihat setelah kita melewati rimbunnya ilalang berupa sebongkah batu besar dengan diameter sekitar 2 m yang disebut batu tulis. Sabana I ini sering dipakai tempat pelaksanaan upacara Bendera pada 17 Agustus. Dan uniknya, pelaksanaan upacara bendera tersebut hampir selalu dipimpin oleh Bapak Camat Selo.

Dari batu tulis menuju Pos IV akan melalui sabana dengan jalur yang mulai menanjak. Dari sini kita akan melihat betapa gagahnya Gunung Merapi di sebelah Selatan. Sosoknya seperti raksasa yang muncul dari balik sabana. Setelah berjalan sekitar 1 jam kita akan sampai ke Sabana II. Sabana II berupa tanah lapang yang cukup luas dengan beberapa kumpulan pohon Edelwis. Dari sini puncak tertinggi Gunung Merbabu ( Kenteng Songo ) sudah terlihat. Namun banyak pendaki yang akan menghela nafas panjang begitu melihat ke arah puncak. Karena nampak pula jalur pendakian ke puncak yang begitu terjal dan jauh. Pos IV terdapat di sisi kanan jalur pendakian hanya berupa tanda sebongkah batu berdiameter 40 cm di lereng yang curam.

Untuk menuju puncak, dari Pos IV butuh waktu sekitar 1-1,5 jam. Setelah melewati Pos IV, pendaki akan bertemu sebuah lembah yang ditumbuhi oleh rumbut-rumput besar yang berbentuk lingkaran. Lingkaran-lingkaran rumput tadi tampak begitu unik.

Setelah itu kita akan berjumpa sebuah turunan, di mana tepat di bawah turunan terdapat kumpulan pohon Edelwis yang memiliki ketinggian rata-rata 2 m. Kita akan berjalan tepat di bawah pohon Edelwis itu. Selain itu, di sini juga cocok sebagai tempat untuk mendirikan tenda atau untuk berlindung dari kencanganya angin.

Dari kumpulan pohon Edelwis tadi, untuk menuju puncak kita tinggal melewati satu bukit yang cukup tinggi dan terjal yang akan langsung akan mengantar kita ke Puncak Kenteng Songo. Butuh waktu 0,5 jam untuk melewatinya. Karena medannya cukup terjal dengan kemiringan 60 derajat. Biasanya para pendaki menerapkan cara 10:1. Maksudnya ialah berjalan sebanyak 10 langkah kemudian berhenti selama 0,5-1 menit untuk mengambil nafas. Puncak Kenteng Songo merupakan puncak tertinggi Gunung Merbabu yang memiliki 3 buah puncak.

Puncak Merbabu berupa tanah datar seluas kurang lebih 100 m2. Tidak terdapat tugu tinggi sebagai penanda puncak, yang ada hanyalah tugu kecil.


Kenteng Songo terdiri dari kata kenteng yang berarti batu berlubang dan songo yang berarti sembilan. jadi Kenteng Songo berarti sembilan batu berlubang. Batu itu tersebar merata di puncak Merbabu. Lima di Pasar Bubrah yaitu bukit di sebelah puncak Kenteng Songo, dan empat lagi di Kenteng Songo.

Pemandangan dari sini sangatlah menakjubkan, di utara kita bisa melihat Gunung Ungaran, Gunung Andong, Gunung Kukusan dan tak ketinggalan Rawa Pening.
Tampak pula sebuah bukit di sisi Timur Laut sebagai Puncak Syarif dan jalur pendakian dari arah Takelan.
Di sisi Barat tambak Gunung Sindoro-Sumbing dan Gunung Slamet nan jauh.






Di timur tampak puncak Gunung Lawu.








Dan tak ketinggalan pula Gunung Merapi yang elok di sisi selatan.

Sunday 9 August 2009

GUNUNG MERAPI

0 comments


Dengan ketinggian 2910 mdpl, Gunung Merapi termasuk dalam kelompok gunung berapi teraktif di dunia. Sehabis erupsi terakhir di tahun 2006, gunung ini semakin bertambah tinggi. Kubah lava baru yang terbentuk di atas kubah lama memiliki ketinggian lebih dari 150 m. Secara administratif gunung ini terletak di 2 Propinsi yaitu Jawa Tengah ( Kabupaten Klaten, Boyolali dan Magelang ) dan DI Yogyakarta. Gunung ini tidak hanya menarik hati para pendaki, namun juga para peneliti maupun ilmuan dari berbagai bidang ilmu ( Geologi, Vulkanologi, Geokimia maupun Biologi ). Bersama dengan Gunung Merbabu di sebelah utaranya, sekarang Gunung Merapi berstatus sebagai Taman Nasional Gunung Merapi Merbabu. Gunung yang sangat terkenal dengan " wedhus gembel " ini merupakan gunung berapi tipe stratovolcano.
Kata Merapi berasal dari kata meru yang berarti gunung dan kata api, sehingga artinya adalah gunung berapi. Ciri khas di Gunung Merapi ialah angin kencang yang dingin namun kering, sehingga para pendaki sebaiknya sering menggunakan pelembab wajah.

Ada banyak jalur pendakian yang bisa dilalui oleh para pendaki, antara lain Jalur Selo ( Boyolali ), Jalur Kinahrejo ( Sleman ), Jalur Babadan ( Magelang ), dan Jalur Ndeles ( Klaten ). Namun yang paling populer hanya 2, yaitu Jalur Selo dan Jalur Kinahrejo. Untuk saat ini Jalur Kinahrejo medannya menjadi sangat sulit setelah erupsi pada tahun 2006.

JALUR SELO

Pendakian sebaiknya melalui Jalur Selo. Pertimbangannya adalah saat ini kawah atau kubah lava Merapi berada dan menghadap ke Selatan. Sedangkan Jalur Selo berada di sisi Utara Gunung Merapi yang relatif aman dari terjangan lava atau awan panas. Selama perjalanan kita dapat menikmati pemandangan Gunung Merbabu di sisi Utara. dari kota Solo, pendaki bisa menggunakan bus jurusan Solo-Semarang, setelah masuk kota Boyolali turun di perempatan ke Selo dan naik bus kecil ke Selo. Sedang dari ari kota Magelang, transportasi yang menuju Selo sedikit tersedia. Basecamp Merapi berada di dusun Plalangan, Desa Lencoh, Kecamatan Selo. Dari jalan raya Selo-Ketep cukup berjalan 30 menit melalui jalan desa yang beraspal. Kita bisa menggunakan rumah penduduk atau masjid sebagai basecamp, namun terlebih dahulu maminta ijin. Selain itu kita juga bisa melakukan persiapan ulang di lokasi gardu pandang New Selo.

Perjalanan dari gardu pandang New Selo ke Pos I dapat ditempuh selama kurang lebih 45 menit melalui perkebunan tembakau dan kol yang dikelola oleh warga sekitar. Setelah melewati perkebunan, kita akan memasuki hutan pinus. Mendekati Pos I kita akan melewati batu-batu besar.

Menuju Pos II memerlukan waktu 1 jam dari Pos I, melewati medan batuan yang terjal dan angin yang kencang. Dari sini kita dapat melihat indahnya gemerlap lampu kota Boyolali disaat malam.

Dari Pos II perjalanan dilanjutkan ke Tugu selama 1,5 - 2 jam. Tugu setinggi 1,5 m itu terletak di atas bukit.

Perjalanan dari Tugu ke Pasar Bubrah dapat ditempuh selama 15-25 menit. Sebelum mencapai Pasar Bubrah kita akan melewati sebuah bukit yang terdapat sebuah memoriam. Pasar Bubrah atau sebutan lainnya Pelawangan adalah batas antar vegetasi dan batuan. Kenapa disebut Pasar Bubrah? Di tempat yang merupakan sebuah lembah ini terdapat banyak sekali batu-batu besar seukuran mobil sampai rumah. Batu-batu itu berserakan, tersebar di seluruh lembah itu menyerupai pasar tradisional namun berantakan ( bubrah ).

Perjalanan dari Pasar Bubrah ke Puncak Garuda dapat ditempuh selama 1-1,5 jam dengan mendaki Kubah Merapi. Kubah itu memiliki ketinggian kurang lebih 400 m dari lembah dengan kemiringan 45-50 derajat. Tersusun dari pasir, batu kecil sampai batu-batu yang besar. Sebaiknya pendakian dilakukan setelah matahari terbit. Hal tersebut dimaksudkan agar saat mendaki kubah Merapi, para pendaki dapat melihat ada tidak batu yang longsor atau jatuh yang bisa membuat mereka celaka. Tentu saja hal ini sangat sulit untuk dilakukan disaat malam hari. Selain itu, untuk mendaki ataupun turun sebaiknya melalui sisi kanan atau barat dari kubah. Sisi kanan dari kubah Merapi tersusun atas batu-batu yang besar dan lebih stabil. Berbeda dari sisi timur yang tersusun atas kerikil dan pasir yang mudah longsor. Pendaki juga perlu ekstra berhati-hati saat menemui celah di antara batu-batu besar yang terkadang menyemburkan asap belerang yang panas dan di tenggorokan terasa mencekik. Pada umumnya celah yang menyemburkan asap belerang, pada tepiannya terdapat sisa-sisa belerang berwarna putih kekuning-kuningan. Namun sekali lagi kehati-hatian tetap dibutuhkan. Jangan sampai saat mendaki atau menuruni kubah Merapi, pendaki yang berada di paling atas menjatuhkan sebongkah batu. Efeknya batu-batu lain yang lebih di bawah akan terkena batu yang jatuh tadi dan akhirnya menimbulkan longsor.

Puncak tertinggi Merapi ditandai dengan sebuah batu gepeng yang bentuknya menyerupai burung Garuda. Sehingga dikenal dengan puncak Garuda. Namun saat ini batu tersebut telah terpotong pada sisi sayap kanan akibat letusan. Dari Puncak Garuda kita dapat melihat kubah lava baru Merapi yang tak henti-hentinya mengeluarkan asap tepat di sisi di bawah puncak ( sisi Selatan ).


Selain itu tampak pula Gunung Sindoro dan Sumbing di sisi Barat Laut. Gunung Merbabu juga tampak gagah di sebelah Utara. Dan nan jauh di sebelah timur akan tampak puncak dari Gunung Lawu.