Wednesday 12 August 2009

GUNUNG MERBABU


Gunung Merbabu banyak orang bilang adalah pasangannya Gunung Merapi. Orang sekitar Taman Nasional Merapi Merbabu menyebut Gunung Merapi sebagai gunung lanang ( laki-laki ) dan Gunung Merbabu sebagai gunung wadon ( wanita ). Memang kedua gunung tersebut bila dilihat dari barat atau timur tampak bergandengan. Gunung Merapi di sebelah selatan dan Gunung Merbabu di sebelah Utara. Di tengah antara keduanya terdapat sebuah kota kecamatan Selo yang masuk dalam kabupaten Boyolali. Selo sendiri adalah kata jawa yang berarti celah.

Para pendaki yang menyukai pendakian estafet dapat melakukan pendakian Gunung Merapi dan Gunung Merbabu sekaligus. Rutenya : naik Merapi dari Kinahrejo dan turun lewat Selo ( Dusun Plalangan ) kemudian dilanjutkan mendaki Merbabu melalui Dusun Genting dan berakhir di jalur Takelan.
Gunung Merbabu merupakan gunung berapi jenis stratovolcano dengan ketinggian 3145 mdpl. Terletak di antara 3 kabupaten yaitu : Kabupaten Boyolali, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang. Walau pernah beberapa kali meletus, sekarang gunung ini sedang tertidur ( sleeping mountain ). Letusan terakhir terjadi pada tahun 1968. Gunung ini memiliki 5 buah kawah yaitu : kawah Candradimuka, kawah Kumbang, kawah Kendang, kawah Rebab dan kawah Sambernyawa.

Terdapat cukup banyak jalur yang bisa digunakan untuk mendaki ke puncak Merbabu. Jalur utama adalah jalur Takelan di kecamatan Kopeng Salatiga yang terletak di sisi barat laut. Jalur lain yang sering digunakan ialah Jalur Selo di sisi selatan yang masuk dalam Kabupaten Boyolali. Selain itu juga ada jalur lain yang bisa dan cukup sering di pakai seperti Jalur Wekas di sisi barat ( Magelang ), jalur Candisari di sisi timur ( Ampel, Boyolali ).

JALUR SELO
Pendaki dari arah Boyolali atau Magelang berhenti di depan Polsek Selo atau Lapangan Selo. Di seberang Polsek atau lapangan Selo terdapat banyak warung yang menjual perbekalan mulai dari makanan, minuman dan peralatan mendaki tambahan seperti spitus dan jerigen air. Memang warung-warung itu masih terletak di lingkungan Pasar Selo. Untuk mencapai gerbang atau basecamp pendakian Merbabu, pendaki harus berjalan kaki atau naik mobil sayur atau bisa juga dengan ojek ke utara menuju Dusun Genting yang merupakan Basecamp. Jaraknya cukup jauh dan menanjak, kurang lebih 3 km. Jadi bila diputuskan berjalan kaki butuh tenaga yang ekstra untuk menempuh selama kurang lebih 45 menit-1 jam, namun kita akan berjumpa dengan penduduk sekitar yang ramah-ramah.

Selain itu kita juga dapat menikmati gagahnya sang Merapi di seberang selatan. Bila dengan mobil sayur atau ojek hanya perlu waktu 15 menit.

Di Dusun Genting kita bisa meminjam rumah warga sebagai basecamp. Sebaiknya kita membawa perbekalan air yang banyak dengan mengambil dari sumur warga. Karena sepanjang jalur perndakian tidak terdapat sumber air. Selain tidak terdapatnya sumber air, jalur pendakian Selo berupa jalan setapak tanah. Jadi bila kita mendaki saat musim hujan, medannya cukup licin. Sedang bila mendaki pada musim kemarau, medannya menjadi sangat berdebu.
Setelah terlebih dahulu membayar restribusi di gerbang, segera kita akan memasuki daerah hutan yang cukup rimbun dan hal ini akan terus kita temui sampai hampir mencapai Pos III.

Dari gerbang menuju Pos I membutuhkan waktu tempuh kurang lebih selama 1 jam dengan melalui jalan setapak yang cukup landai di dalam hutan. Pos I berada di sisi kanan jalur pendakian berupa tanah yang cukup lapang untuk mendirikan 3 buah tenda. Memang tidak terdapat bangunan di sini.

Dari Pos I ke Pos II dapat ditempuh selama kurang lebih 1,5 jam. Medan yang dilalui masih cukup landai. Namun setelah mencapai setengah perjalanan, medan akan mulai sedikit menanjak. Pos II berada di sebuah bukit kecil atau lebih tepat gundukan tanah dan tempatnya sedikit terbuka. Tepat di bawah sebelum Pos II kita akan menemui jalan terjal setinggi kurang lebih 3 m dengan kemiringan 70 derajat. jadi pendaki perlu berhati-hati karena sangat licin. Di pos II juga tidak terdapat bangunan, yang ada hanyalah semak-semak dan rumputan tinggi yang dapat dipakai untuk berlindung dari angin.

Menuju Pos III, dari Pos II butuh waktu kurang lebih 1,5 jam. Mulai dari sini sebaiknya pendaki lebih berhati-hati. Karena kita akan berjalan tepat di sisi kanan dan kiri jalur berupa jurang yang cukup dalam. Memang jurang tersebut kurang begitu terlihat, sebab tertutup oleh semak-semak dan dahan pohon. Bila kita melihatnya seolah seperti tanah, namun bila di injak akan ambles. Jadi sebaiknya bila beristirahat dalam perjalanan menuju Pos III, kita memilih duduk di jalan setapak tadi.

Di kanan-kiri jalur dapat dijumpai pula beberapa tanah lapang yang cukup menampung 1 tenda untuk istirahat. Tetapi sekali lagi berhati-hatilah.

Begitu akan mencapai Pos III, kita akan keluar dari lebatnya hutan menuju tanah lapang dengan tumbuhan ilalang yang cukup tinggi. Berarti kita telah sampai di Sabana I. Pos III akan terlihat setelah kita melewati rimbunnya ilalang berupa sebongkah batu besar dengan diameter sekitar 2 m yang disebut batu tulis. Sabana I ini sering dipakai tempat pelaksanaan upacara Bendera pada 17 Agustus. Dan uniknya, pelaksanaan upacara bendera tersebut hampir selalu dipimpin oleh Bapak Camat Selo.

Dari batu tulis menuju Pos IV akan melalui sabana dengan jalur yang mulai menanjak. Dari sini kita akan melihat betapa gagahnya Gunung Merapi di sebelah Selatan. Sosoknya seperti raksasa yang muncul dari balik sabana. Setelah berjalan sekitar 1 jam kita akan sampai ke Sabana II. Sabana II berupa tanah lapang yang cukup luas dengan beberapa kumpulan pohon Edelwis. Dari sini puncak tertinggi Gunung Merbabu ( Kenteng Songo ) sudah terlihat. Namun banyak pendaki yang akan menghela nafas panjang begitu melihat ke arah puncak. Karena nampak pula jalur pendakian ke puncak yang begitu terjal dan jauh. Pos IV terdapat di sisi kanan jalur pendakian hanya berupa tanda sebongkah batu berdiameter 40 cm di lereng yang curam.

Untuk menuju puncak, dari Pos IV butuh waktu sekitar 1-1,5 jam. Setelah melewati Pos IV, pendaki akan bertemu sebuah lembah yang ditumbuhi oleh rumbut-rumput besar yang berbentuk lingkaran. Lingkaran-lingkaran rumput tadi tampak begitu unik.

Setelah itu kita akan berjumpa sebuah turunan, di mana tepat di bawah turunan terdapat kumpulan pohon Edelwis yang memiliki ketinggian rata-rata 2 m. Kita akan berjalan tepat di bawah pohon Edelwis itu. Selain itu, di sini juga cocok sebagai tempat untuk mendirikan tenda atau untuk berlindung dari kencanganya angin.

Dari kumpulan pohon Edelwis tadi, untuk menuju puncak kita tinggal melewati satu bukit yang cukup tinggi dan terjal yang akan langsung akan mengantar kita ke Puncak Kenteng Songo. Butuh waktu 0,5 jam untuk melewatinya. Karena medannya cukup terjal dengan kemiringan 60 derajat. Biasanya para pendaki menerapkan cara 10:1. Maksudnya ialah berjalan sebanyak 10 langkah kemudian berhenti selama 0,5-1 menit untuk mengambil nafas. Puncak Kenteng Songo merupakan puncak tertinggi Gunung Merbabu yang memiliki 3 buah puncak.

Puncak Merbabu berupa tanah datar seluas kurang lebih 100 m2. Tidak terdapat tugu tinggi sebagai penanda puncak, yang ada hanyalah tugu kecil.


Kenteng Songo terdiri dari kata kenteng yang berarti batu berlubang dan songo yang berarti sembilan. jadi Kenteng Songo berarti sembilan batu berlubang. Batu itu tersebar merata di puncak Merbabu. Lima di Pasar Bubrah yaitu bukit di sebelah puncak Kenteng Songo, dan empat lagi di Kenteng Songo.

Pemandangan dari sini sangatlah menakjubkan, di utara kita bisa melihat Gunung Ungaran, Gunung Andong, Gunung Kukusan dan tak ketinggalan Rawa Pening.
Tampak pula sebuah bukit di sisi Timur Laut sebagai Puncak Syarif dan jalur pendakian dari arah Takelan.
Di sisi Barat tambak Gunung Sindoro-Sumbing dan Gunung Slamet nan jauh.






Di timur tampak puncak Gunung Lawu.








Dan tak ketinggalan pula Gunung Merapi yang elok di sisi selatan.

0 comments: