Tuesday 4 August 2009

GUNUNG LAWU


Gunung Lawu dengan ketinggian 3265 mdpl ( meter di atas permukaan laut )terletak di perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Tepatnya di antara kabupaten Karanganyar dan kabupaten Magetan. Gunung ini merupakan obyek wisata andalan kedua kabupaten tersebut. Gunung Lawu termasuk jenis gunung berapi stratovolcano. Tidak tercatat adanya letusan semenjak abad ke-19. Namun pernah terjadi gempa pada tahun 1978 dan 1979.

Gunung Lawu memiliki julukan "raksasa yang sedang tidur". Memang bila terlihat dari kota Solo ( dari barat ), gunung ini tampak besar dan lebar memanjang dari utara ke selatan. Namun bila dipandang dari kota Ngawi di sisi utara, gunung ini tampak runcing.
Pendakian Gunung Lawu dapat dilakukan melalui 2 jalur utama, yaitu Cemoro Kandang di Jawa Tengah dan Cemoro Sewu di Jawa Timur. Kedua Gerbang pendakian ini berjarak sangatlah dekat, kurang lebih 200 m. Jalan raya beraspal di antara Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu merupakan jalan raya tertinggi di pulau Jawa, berada di ketinggian 1900 mdpl. Di antara kedua gerbang pendakian ini terdapat gapura besar dan jembatan yang merupakan penanda batas Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jadi bila kita berdiri di atas jembatan tersebut berarti kita telah berdiri di 2 propinsi secara bersamaan..he.he.. Jalur Cemoro Kandang memiliki medan yang lebih landai namun lebih jauh, kurang lebih 12 km dengan jalur dominan tanah. Namun pos-pos penakiannya sangat baik, berupa bangunan batu dengan atap. Jadi cukup hangat untuk bermalam. Di gerbang Cemoro Kandang tidak terdapat rumah penduduk, yang ada hanya warung-warung penjual makanan dan minuman Sedang jalur Cemoro Sewu jaraknya lebih pendek, yaitu 9 km. Namun medannya lebih berat berupa tangga bebatuan. Di gerbang Cemoro Sewu terdapat pula Masjid, perumahan penduduk dan warung makan.

JALUR CEMORO KANDANG

Di Cemoro Kandang para pendaki biasanya packing ulang di warung-warung yang banyak terdapat di depan gerbang sambil memesan makanan.

Pendakian menuju puncak dimulai dari gerbang menuju Pos I ( Taman sari Bawah ) yang berada di ketinggian 2300 mdpl dengan jarak 1,2 km yang dapat ditempuh selama 1 jam.

Perjalanan dilanjutkan menuju Pos II ( Taman Sari Atas )yang berada di ketinggian 2470 mdpl dengan jarak 1,5 km yang ditempuh selama 45 menit - 1 jam.

Di Pos II terdapat persimpangan. Yang ke kiri untuk melanjutkan ke Pos III, sedang yang ke kanan menuruni jalur yang curam sampai di sungai yang merupakan perbatasan jawa tengah - Jawa Timur. Dengan menelusuri sungai tersebut ke arah hulu, sekitar 300 m kita akan menjumpai kawah kecil yang aktif. Di dekat kawah itu terdapat sumber air panas yang menyembur ( Glaiser )yang mengandung belerang. Glaiser ini sering menyemburkan air panas dalam rentang waktu tertentu. Semburannya sangat tinggi disertai suara keras yang mirip tiupan angin. Bahkan bila kita masih berada di gerbang Cemoro Kandang pun bisa mendengarnya.

Perjalanan ke Pos III ( Penggik ) dengan ketinggian 2760 mdpl sejauh 2,6 km dapat ditempuh selama 1 jam 45 menit - 2 jam. Dalam perjalanan menuju Pos III kita akan melewati jalur yang sempit dengan jurang tepat di sisi kiri dengan hanya berpagarkan 2 untai kawat besar. Jurang yang cukup dalam tersebut di sebut jurang Parang Gupito dan jurang Pangarip-arip. Di dasar jurang banyak terdapat kawah-kawah kecil. Di sepanjang jalur ini pula kita akan banyak menjumpai sumber air kecil di sisi kanan tepat di bawah tebing.

Menuju Pos IV ( Cokro Srengseng / Cokro Surya ) yang berketinggian 3025 mdpl dengan jarak 1,5 km dapat ditempuh selama 1,5 jam. Di rute ini kita akan melewati Sndang Panguripan. Ada 2 rute : yang berkelok-kelok ( memutar ) atau jalur terjal ( trek ). Jalur yang berkelok konon merupakan jalur berkuda di masa lalu, sedangkan jalur terjal merupakan baypass yang terbentuk oleh aliran air hujan. Di Pos IV terdapat pondok namun sudah rusak dan sebuah memoriam. Pos IV merupakan tempat yang sangat terbuka, banyak tempat datar dan matahari sangat terik di siang hari.

Perjalanan dari Pos IV ke Pos V berjarak 1,5 km dapat ditempuh selama 1 jam. Dilanjutkan ke Puncak ( Hargo Dumilah ) sejauh 1,3 km selama 45 menit. 5 menit setelah Pos V terdapat persimpangan. Yang ke kanan akan lebih cepat, diawali dengan tanjakan sepanjang 7 m lalu menurun. 5 menit setelahnya kita akan masuk semak kemudian bebatuan, dari sisni puncak sudah dekat. Namun bila di persimpangan tadi kita ambil yang lurus, jalur tersebut akam\n memutar lebih jauh.

Di puncak ( Hargo Dumilah ) terdapat tugu setinggi 1,5 m sebagai penanda titik tertinggi Gunung Lawu. Di sebelah selatan puncak kita melihat tanah lapang yang letaknya jauh di bawah, biasanya tempat itu selalu di pakai untuk upacara 17 Agustus. Selain itu banyak juga pendaki yang menuliskan namanya besar-besar dengan cara mengatur batu-batu hingga membentuk sebuah nama.

Di sebelah barat laut puncak kita akan menemukan petilasan yang diberi nama Hargo dalem. Terdiri dari 3-4 bangunan seng yang di tempati oleh beberapa orang. Biasanya tempat ini selalu dihampiri oleh pendaki yang mau turun. Di sini kita dilarang ribut, berkata-kata kotor, alas kaki harus dilepas bila ingin masuk ke sebuah rumah dan tidak diperbolehkan memotret. Disini juga terdapat persimpangan dari jalur Cemoro Kandang dan jalur Jogorogo.

PETA JALUR PENDAKIAN VIA CEMORO KANDANG DAN CEMORO SEWU


JALUR CEMORO SEWU

Di sekitar Cemoro Sewu banyak mterdapat rumah penduduk, masjid, warung makan dan juga toko perlengkapan pendakian. Para pendaki biasanya packing ulang di warung makan dan di masjid. Tapi masjidlah yang selalu rame untuk tempat persiapan pendakian. Selain lebih luas, di masjid juga terdapat fasilitas MCK sehingga pendaki bisa sekalian mengambil persediaan air. Dengan membayar Rp.1000 kita sudah bebas mau mandi atau sekedar buang air dan cuci muka. Yang unik dari jalur ini ialah, saat musim ramai pendakian seperti tahun baru, 17 Agustus, 1 Suro dan libur besar akan banyak penjual makanan di Pos I, II dan III. Makanan yang dijual mulai dari nasi rames, gorengan, air mineral bahkan bakso pun ada. Jadi pada saat itu jika ingin mendaki kita tidak perlu membawa bekal yang banyak.

Pendakian dimulai menuju Pos I ( Wesen-wesen ) di ketinggian 2100 mdpl yang ditempuh selama 1 jam. Di awal kita langsung memasuki vegetasi yang cukup lebat dengan berbagai jenis tanaman. Setelah berjalan 0,5 jam kita akan memasuki hutan pinus ( namun sekarang sudah hampir gundul berganti fungsi menjadi ladang sayuran ). Medan di sini cukup landai dengan permukaan jalan berupa batuan yang ditata. Cukup lebar, bahkan terkadang kita akan bertemu dengan mobil kap terbuka yang mengangkut hasil ladang. Di Pos I terdapat beberapa pondok dari kayu beratap daun yang dapat dipakai untuk beristirahat.

Perjalanan ke Pos II ( Watu Gedek ) di ketinggian 2300 mdpl dapat ditempuh selama 1,5 - 2 jam dengan melewati medan berbatuab besar. Vegetasi di sini cukup jarang dikarenakan kebakaran hebat beberapa tahun yang lalu. Di Pos II terdapat 1 pondok beratap namun tanpa dinding tepat di bawah tebing tinggi. Mulai di Pos II vegetasi kembali lebat kembali.

Di sepanjang jalur dari Pos II sampai III bahkan Pos IV, kita akan banyak menjumpai tanaman buah beri berwarna merah dengan rasanya yang kecut segar. Kadangkala juga ada yang berwarna biru atau hitam dengan rasa yang lebih manis. Buah beri ini banyak terdapat di sisi kanan dan kiri jalur pendakian.

Perjalanan ke Pos III ( Watu gede ) di ketinggian 2500 mdpl mulai melalui medan yang mulai berat beupa tangga batuan yang terbentuk oleh aliran air hujan. Medan seperti ini akan terus kita lalui sampai Pos IV. Jarak tempuh ke Pos III selama 1,5 jam. Memang tersa jauh dan melelahkan, namun kita bisa memilih melewati jalur pintas berupa jalur trek yang banyak terdapat tetapi harus teliti untuk menemukannya. Di Pos III tidak terdapat pondok. Yang ada hanyalah beberapa batu besar yang bisa dipakai untuk berlindung dari terpaan angin.

Dari Pos III ke Pos IV ( Watu Kapur ) akan melewati medan yang sama seperti dari Pos II ke Pos III. Pos IV di ketinggian 2800 mdpl dapat ditempuh selama 1 jam. Sebelum sampai di pos IV kita akan melewati bukit kapur putih di sisi kanan yang menjorok ke selatan. Di sini kita dapat berfoto seolah-olah kta berada di gunung bersalju. Pos IV berupa tempat terbuka tanpa ada bangunan. Sebaiknya jangan beristirahat di sini karena Pos IV merupakan jalur angin yang kencang. Lanjutkan ke Pos V yang hanya berjarak kurang dari 30 menit.

Sebelum sampai di Pos V, di sisi kiri kita akan menemui gua curam yang dalam sepeti sumur. Di sebut denga Sumur Jolotundo. Setelah melewati sumur tersebut kita akan menemui cekungan dengan diameter 5 m yang cukup hangat untuk beristirahat. Dan Pos V tepat di atas cekungan itu. Bangunan Pos V hanya tinggal rangka kayu.

Dari pos V, perjalanan ke puncak diawali dengan melewati sebuah turunan terjal sepanjang 10 m yang dulu merupakan bekas aliran lahar. Setelah itu kita langsung menjumpai tanjakan dengan kemiringan 35 derajat yang berpasir dan berkerikil. Tidak heran, karena di sisi sebelah kiri kita merupakan bekas kawah aktif yang sudah mati. Diameter kawah ini sekitar 700 m dengan latar sebuah tebing yang sangat tinggi. Setelah ini medan akan landai sampai ke Sendang Drajat yang berjarak 10 menit berjalan. Namun para pendaki perlu berhati-hati. Karena di sisi kanan jalur adalah jurang yang sangat dalam. dari jalur ini juga kita bisa menikmati Telaga Sarangan jauh di bawah dengan leluasa.

Di Sendang Drajat kita akan menemui mata air. Kita boleh mengambil airnya, namun harus tetap menjaga kebersihan. Di sekitar sendang Drajat terdapat 2 buah gua buatan. Satu gua di pakai sebagai warung yang menyediakan logistik bagi pendaki. Sedang yang satu lagi di pakai sebagai tempat istirahat para pendaki.

Untuk menuju puncak, dari Sendang Drajat kita berjalan lagi sejauh kurang lebih 100 m. Kita akan menemui persimpangan, yang ke kanan akan menuju ke Hargo Dalem, sedang yang nurus menanjak ke puncak ( Hargo Dumilah ). Sebaiknya kita ambil yang lurus. Walau berupa tanjakan terjal kita akan lebih cepat mencapai puncak. Sebelum sampai di puncak, kita akan sampai ke hutan Edelwis. Puncak Lawu di tandai dengan tugu setinggi 1,5 m.

0 comments: